Memahami Gagasan Utama dan Memahami Inti Wacana dari Penalaran
1. Memahami Gagasan Utama
Paragraf adalah serangkaian kalimat yang disusun secara sistematis dan logis sehingga membentuk satu kesatuan pokok pembahasan. Paragraf yang baik terdiri atas satu kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas. Di dalam kalimat utama terdapat gagasan utama dan di dalam kalimat penjelas terdapat gagasan penjelas.
Untuk memahami gagasan utama dalam paragraf, kita harus mencermati kata-kata kunci, antara lain:
(1) Jadi,
(2) Ada beberapa,
(3) Dengan demikian,
(4) Pada dasarnya,
(5) Intinya,
(6) Sebagai simpulan,
Ciri-ciri gagasan penjelas:
(1) Uraian-uraian kecil.
(2) Contoh-contoh.
(3) Peristiwa ilustrasi.
(4) Kutipan-kutipan.
Contoh:
Kemenangan itu menjadikan bayaran yang diterima Pacquiano makin bertambah. Betapa tidak, untuk menghadapi Oscar De La Hoya, ia dikabarkan menerima bayaran hampir US$15 juta (sekitar 180 miliar). Ini belum termasuk hak yang diperoleh dari hasil siaran langsung televisi. Karena dengan dengan sistem bayar per tayang, orang harus merogoh kocek US$55 - US$65 (sekitar Rp660 ribu – Rp780 ribu). Bayaran itu menjadi yang terbesar yang diterima seorang petinju Asia. Jadi, boleh dibilang Pacquiano kini menjadi petinju terkaya di Asia.
Media Indonesia, 9 September 2008, hlm. 16.
2. Memahami Inti Wacana dari Penalaran
Pada dasarnya, ada ada dua macam penalaran karangan, yakni induktif dan deduktif. Penalaran induktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan pembuktian/contoh, dan diakhiri kesimpulan umum yang merupakan inti wacana atau gagasan utama.
a. Penalaran Induktif
Penalaran induktif dibagi menjadi tiga macam, yakni: generalisasi, analogi, dan sebab akibat. Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala (data) yang bersifat khusus atau yang sejenis dan diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat umum. Analogi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan terhadap gejala khusus dengan membandingkan suatu objek sampai kesimpulan yang berlaku umum. Sebab akibat adalah proses penalaran berdasarkan hubungan sebab akibat atau akibat sebab.
Contoh 1: Generalisasi
Besi apabila dipanaskan dalam suhu tertentu akan memuai. Tembaga jika dipanaskan pada suhu tertentu juga memuai. Emas dan perak pun jika dipanaskan akan memuai. Jadi, semua logam jika dipanaskan pada suhu tertentu akan memuai.
memuai.
Contoh 2: Analogi
Triana adalah guru bahasa Indonesia SMK Bunda Kandung, lulusan Universitas Negeri Jakarta. Ia seorang guru yang profesional. Siswa-siswinya sangat senang karena apa yang diajarkan selalu dapat dipahami dengan baik. Wajarlah kalau nilai ujian nasional bahasa Indonesia siswa-siswi SMK Bunda Kandung selalu baik. Namun, sangat disayangkan tahun ini Ibu Triana harus pindah tugas karena mengikuti suaminya bekerja di Kalimantan. Oleh karena itu, Bapak Usman harus mencari guru baru lulusan Universitas Negeri Jakarta dengan harapan ia juga guru yang profesional seperti Ibu Triana.
Contoh 3: Sebab akibat
Banjir di India tahun ini disebut para pejabat sebagai yang terburuk dalam puluhan tahun di India Selatan. Banjir ini menggenangi jutaan hektar ladang, termasuk perkebunan tebu. Banyak pohon tebu rusak dan tidak dapat dimanfaatkan lagi sebagai bahan baku gula pasir. Jadi, sudah dapat dipastikan produksi gula pasir di Karnataka – penghasil gula pasir terbesar nomor tiga di India – akan anjlok tahun ini.
b. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan penyajian fakta yang bersifat umum, disertai dan diakhiri dengan fakta atau sikap yang berlaku khusus.
Contoh:
Hujan deras dan angin kencang, Selasa (6/10) terjadi di Mojokerto, Jawa Timur. Angin itu menumbangkan sejumlah pohon dan papan reklame. Sebuah gapura penanda batas wilayah Desa Kepuhanyar dan Desa Mojoanyar nyaris ambruk. Ranting pohon tanjung dan sonokeling di sepanjang Jalan Gajah Mada, Jalan Pahlawan, dan Jalan Majapahit di Kota Mojokerto tampak berserakan. Bahkan, lampu pengatur lalu lintas pun tak dapat berfungsi dengan baik.
c. Penalaran Deduktif-Induktif
Pada hakikatnya kalimat topik dalam satu paragraf hanya satu. Akan tetapi, ada kalimat topik yang ditempatkan di awal dan di akhir paragraf. Penalaran semacam itu disebut penalaran deduktif-induktif.
Contoh:
Penyakit kaki gajah disebabkan oleh cacing filarial. Cacing ini berbentuk silindris, halus seperti benang putih serta berukuran panjang 55 - 100 mm dan tebal 0,16 mm. Cacing jantan lebih kecil, berukuran 55 mm x 0,09 mm. Larva mikrofilaria sekali keluar jumlahnya bisa mencapai puluhan ribu berukuran 200 – 600 mikron. Cacing ini diisap oleh nyamuk dan dipindahkan ke tubuh manusia malalui gigitannya. Gigitan cacing mini ini menyebabkan kaki dan tangan penderitanya berubah berukuran besar atau yang disebut penyakit kaki gajah.
Pikiran utama : Penyebab penyakit kaki gajah.
Pikiran penjelas: (1) ukuran cacing filarial
(2) ukuran cacing jantan (filarial)
(3) jumlah larva mikrofilaria sekali ke luar
(4) nyamuk memindahkan cacing filaria ke tubuh manusia
Pikiran utama : Gigitan cacing mini menyebabkan penyakit kaki gajah
d. Penalaran Induktif-Deduktif
Paragraf induktif-deduktif adalah paragraf yang diawali dan diakhiri dengan kalimat penjelas sedangkan kalimat utamanya terletak di tengah paragraf.
Contoh:
(1) Pasar Induk Kramat Jati setiap hari dibanjiri pembeli. (2) Sejak pukul 01.00 dini hari pasar ini sudah mulai ramai. (3) Boleh dikatakan, pasar yang menjual aneka buah dan sayur mayur itu tak pernah sepi. (4) Para pembeli berdatangan silih berganti dari penjuru Jakarta. (5) Bahkan, ada juga yang datang dari Tangerang dan Bekasi.
Pikiran penjelas : (1) pasar Induk Kramat Jati dibanjiri pembeli
(2) pukul 01.00 dini hari sudah mulai ramai
Pikiran utama : (3) Pasar Induk Kramat Jati tak pernah sepi
Pikiran penjelas : (4) pembeli berdatangan silih berganti
(5) datang dari Tangerang dan Bekasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar