Kebahasaan Bahasa Indonesia
Aspek kebahasaan bahasa Indonesia meliputi, aspek bunyi, bentukan kata, kalimat, dan makna.
- Aspek kebahasaan tidak secara eksplisit dituangkan di dalam KTSP, namun dalam pembelajaran bahasa Indonesia aspek kebahasaan tidak dapat dipisahkan dari komponen keterampilan berbahasa dan bersastra.
- Aspek kebahasaan merupakan unsur pembentuk bahasa yang dipakai dalam kegiatan berbahasa.
- Pembelajaran aspek kebahasaan bukan hal yang dapat begitu saja ditinggalkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, namun juga bukan berarti dominasi pembelajaran bahasa dilakukan pada aspek kebahasaan.
- Pembelajaran bahasa di SD dilakukan untuk memberikan keterampilan dasar berkomunikasi kepada siswa dengan menggunakan bahasa Indonesia secara santun dan efektif.
- Pembelajaran bahasa hendaknya dilakukan dalam bentuk sinergi antara pembelajaran keterampilan berbahasa dan pembelajaran kebahasaan.
- Kemampuan kebahasaan seseorang jangan menjadi penghalang atau penghambat dalam kegiatan berbahasa, namun dapat menjadi bagian yang berkontribusi besar terhadap efisiensi, efektivitas, dan kebermaknaan kegiatan berbahasa.
- Pembelajaran aspek kebahasaan di SD dilakukan secara bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa siswa.
- Materi pembelajaran kebahasaan, meliputi bunyi atau huruf, lafal, intonasi, kata, kalimat, dan makna.
- Materi pembelajaran kebahasaan di kelas awal SD meliputi pengenalan bunyi atau huruf, lafal, intonasi, kata, dan kalimat sederhana.
- Materi pembelajaran kebahasaan di kelas tinggi SD, meliputi merangkai kata menjadi kalimat dengan bahasa yang baik dan benar (ejaan yang tepat dan pilihan kata yang tepat dan santun).
Keterampilan berbahasa Indonesia:
- keterampilan mendengarkan,
- keterampilan berbicara,
- keterampilan membaca, dan
- keterampilan menulis.
Keterampilan Menyimak di SD
- Menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk reseptif lisan.
- Menyimak dapat diartikan sebagai aktivitas penggunaan alat pendengaran secara sengaja yang bertujuan untuk memperoleh pesan atau makna dari apa yang disimak.
- Dalam KTSP SD dirumuskan standar kompetensi lulusan untuk keterampilan menyimak adalah memahami wacana lisan berbentuk perintah, penjelasan, petunjuk, pesan, pengumuman, berita, deskripsi berbagai peristiwa dan benda di sekitar, serta karya sastra berbentuk dongeng, puisi, cerita, drama, pantun dan cerita rakyat.
Dalam pembelajaran menyimak, hal-hal yang penting diperhatikan guru antara lain:
- Upayakan kegiatan berbahasa yang dilakukan bersifat alamiah dan kontekstual.
- Pastikan pembelajaran menyimak dilakukan dalam bentuk aktivitas berbahasa reseptif lisan oleh siswa.
- Pembelajaran menyimak di SD ditujukan untuk melatih konsentrasi dan daya simak siswa, serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan menyimak siswa.
- Untuk itu, evaluasi menyimak upayakan dirancang oleh guru untuk mengetahui peningkatan konsentrasi dan efektivitas menyimaknya.
- Pastikan bahwa sebelum melakukan kegiatan penyimakan, siswa dalam keadaan siap fisik dan mental untuk melakukan penyimakan.
- Pastikan bahwa bunyi yang disimak siswa tidak banyak mendapat gangguan, baik yang bersifat kebahasaaan maupun nonkebahasaan. Upayakan semaksimal mungkin meminimalkan gangguan yang menyebabkan kurang efektifnya proses penyimakan yang dilakukan siswa.
- Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman komprehensif, pembelajaran menyimak disarankan dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran aspek keterampilan berbahasa yang lain, intra maupun antarbidang studi.
Keterampilan Berbicara di SD
- Berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk produktif lisan.
- Keterampilan berbicara merupakan modal dasar yang sangat penting bagi seorang pebelajar untuk melakukan kegiatan komunikasi lisan secara santun dan efektif.
- Pembelajaran keterampilan berbicara di SD bertujuan agar siswa dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi sesuai dengan konteks peristiwa tutur secara efektif dan santun.
- Dalam KTSP SD dirumuskan standar kompetensi lulusan untuk keterampilan berbicara adalah menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam kegiatan perkenalan, tegur sapa, percakapan sederhana, wawancara, percakapan telepon, diskusi, pidato, deskripsi peristiwa dan benda di sekitar, memberi petunjuk, deklamasi, cerita, pelaporan hasil pengamatan, pemahaman isi buku dan berbagai karya sastra untuk anak berbentuk dongeng, pantun, drama, dan puisi.
Dalam pembelajaran berbicara, hal-hal yang penting diperhatikan guru antara lain:
- Upayakan kegiatan berbahasa yang dilakukan bersifat alamiah dan kontekstual.
- Pastikan pembelajaran berbicara dilakukan dalam bentuk aktivitas berbicara atau mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan (kegiatan berbahasa produktif lisan) oleh siswa.
- Kegiatan berbicara mensyaratkan siswa untuk berani mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan. Sebelum penugasan kegiatan berbicara, pastikan bahwa siswa yang bersangkutan telah memiliki keberanian untuk berbicara. Jika belum, guru dapat melatih keberanian berbicara dulu melalui berbagai metode dan strategi pembelajaran.
- Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman komprehensif, pembelajaran berbicara disarankan dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran aspek keterampilan berbahasa yang lain, intra maupun antarbidang studi.
Keterampilan Membaca di SD
- Membaca merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk reseptif tulis.
- Keterampilan membaca merupakan modal dasar yang sangat krusial untuk menunjang keberhasilan belajar siswa. Kurang terampilnya siswa dalam membaca dapat menyebabkan terhambatnya siswa untuk mempelajari bidang studi lain.
- Dalam KTSP SD dirumuskan standar kompetensi lulusan untuk keterampilan membaca adalah menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana berupa petunjuk, teks panjang, dan berbagai karya sastra untuk anak berbentuk puisi, dongeng, pantun, percakapan, cerita, dan drama.
Dalam pembelajaran membaca, hal-hal yang penting diperhatikan guru antara lain:
- Upayakan pembelajaran membaca nyaring berakhir pada saat siswa memasuki kelas III semester 1. Jika membaca pemahaman yang dilakukan secara membaca nyaring masih dilakukan ketika siswa sudah memasuki kelas III, maka akan dapat menghambat upaya peningkatan kemampuan dan keterampilan membaca lanjut. Hambatan dalam keterampilan membaca lanjut dapat berdampak pada terhambatnya siswa dalam mempelajari materi bidang studi lain.
- Membaca nyaring di kelas III ke atas dilakukan jika ada tujuan tertentu, misalnya membacakan puisi, membaca teks/naskah drama, atau membaca nyaring untuk tujuan mengecek pelafalan dan intonasi siswa.
- Perhatikan perkembangan keterampilan membaca siswa sesuai dengan standar kompetensi minimal dalam kurikulum, agar perkembangannya dapat berlangsung secara maksimal.
- Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman komprehensif, pembelajaran membaca disarankan dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran aspek keterampilan berbahasa yang lain, intra maupun antarbidang studi.
Keterampilan Menulis di SD
- Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk kegiatan produktif tulis.
- Menulis dapat diartikan sebagai kegiatan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk tulis.
- Keterampilan menulis juga memegang peranan penting bagi keberhasilan belajar siswa.
- Dalam KTSP SD dirumuskan standar kompetensi lulusan untuk keterampilan menulis adalah melakukan berbagai jenis kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana, petunjuk, surat, pengumuman, dialog, formulir, teks pidato, laporan, ringkasan, parafrase, serta berbagai karya sastra untuk anak berbentuk cerita, puisi, dan pantun.
Dalam pembelajaran menulis, hal-hal yang penting diperhatikan guru antara lain:
- Menulis merupakan bentuk keterampilan berbahasa tulis yang tidak bisa dilakukan secara instan.
- Untuk terampil menulis diperlukan proses yang panjang yang menuntut siswa untuk selalu menulis dan menulis.
- Dalam hal ini, guru dapat menyeimbangkan penggunaan pendekatan proses dan hasil, yang dalam pembelajarannya siswa tidak dituntut untuk menulis sekali jadi, namun melalui tahapan panjang, mulai dari tahap pramenulis, menulis draf, merevisi, mengedit, sampai dengan mempublikasikan (keseimbangan antara proses dan hasil menulis).
- Untuk meningkatkan minat siswa dalam menulis, berilah mereka kesempatan memilih topik atau materi tulisan yang mereka sukai. Mengekang minat siswa dapat menjadi hambatan utama dan dapat menyebabkan minat siswa pupus di tengah jalan.
- Namun, kebebasan sepenuhnya bagi siswa sering menyebabkan kebingungan siswa untuk menentukan topik tulisan, terutama terjadi di kelas-kelas awal.
- Untuk itu, guru dapat mengatasinya melalui teknik-teknik tertentu dalam pembelajaran menulis, misalnya teknik menulis terbimbing. Teknik ini dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah satunya adalah guru menyajikan beberapa pilihan gambar yang dapat dipilih oleh siswa.
- Pilihan gambar yang digunakan guru didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan, antara lain konteks gambar sudah dikenal anak, kerumitan gambar disesuaikan dengan tingkat perkembangan atau tingkatan kelas siswa, gambar menarik yang dapat memotivasi siswa untuk menarik, dan pilihan gambar tersebut dapat mewadahi keberagaman minat siswa pada topik tulisan.
- Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman komprehensif, pembelajaran menulis disarankan dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran aspek keterampilan berbahasa yang lain, intra maupun antarbidang studi.
Apresiasi Sastra Indonesia
Pembelajaran sastra di SD ditekankan pada apresiasi sastra Indonesia, khususnya pada apresiasi sastra anak.
Yang dimaksud dengan sastra anak adalah karya sastra untuk konsumsi anak, yang dapat ditulis oleh orang dewasa maupun oleh anak.
Seperti halnya karya sastra secara umum, sastra anak juga meliputi puisi anak, cerita anak, dan drama anak.
Karakteristik Sastra Anak SD
Karakteristik karya sastra anak untuk konsumsi siswa SD antara lain:
- sesuai dengan perkembangan bahasa siswa SD,
- dapat mengembangkan daya imajinatif siswa SD,
- dapat menjadi media pendidikan bagi anak,
- bernilai estetis, sehingga dapat membangkitkan nilai estetis siswa dalam berbahasa,
- tokoh ceritanya tidak harus tokoh manusia, namun bisa berupa hewan atau tumbuhan, bahkan benda-benda mati yang dikisahkan dapat berbicara dan berperilaku seperti halnya manusia.
Ciri Sastra Anak
1. unsur pantangan,
2. penyajian dengan gaya secara langsung,
3. fungsi terapan
Unsur pantangan:
masalah seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian, kekejaman, prasangka buruk, kecurangan yang jahat, dan masalah kematian.
Ciri penyajian dengan gaya langsung, deskripsi secara singkat dan langsung menuju sasarannya,
mengetengahkan gerak yang dinamis, jelas sebab-sebabnya.
Fungsi terapan
sajian cerita harus bersifat informatif mengandung unsur-unsur yang bermanfaat, baik pengetahuan umum, keterampilan khusus, maupun untuk pertumbuhan anak.
Fungsi Sastra Anak
- Pembelajaran sastra anak selain berfungsi untuk meningkatkan daya apresiasi anak terhadap karya
- sastra, juga memiliki fungsi lain yang penting bagi perkembangan anak, yaitu:
- bernilai estetis,
- bernilai pendidikan,
- meningkatkan kepekaan batin dan sosial anak,
- menambah pengetahuan dan wawasan anak,
- pengembangan jiwa kemanusiaan.
Pembelajaran Sastra Anak
- Pembelajaran apresiasi sastra anak dapat dilakukan melalui kegiatan apresiasi sastra secara langsung maupun tidak langsung.
- Apresiasi sastra secara langsung dilakukan dengan cara menghadapkan langsung para siswa dengan karya sastra. Kegiatan secara langsung tersebut dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan menyimak, membaca, berbicara, maupun menulis karya sastra.
- Apresiasi sastra tak langsung adalah suatu kegiatan apresiasi yang menunjang pemahaman terhadap karya sastra anak. Kegiatan ini meliputi mempelajari teori sastra, kritik sastra dan esai sastra, serta mempelajari sejarah sastra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar