GRAMMAR BAHASA TATA KALIMAT
Kalimat adalah gabungan dari beberapa kata yang mengungkapkan suatu maksud (elspresif). Secara lisan, kalimat diiringi dengan nada bicara, jeda dan intonasi. Secara tertulis, kalimat ditandai dengan huruf kapital dan tanda baca yang sesuai.
A. Kalimat Klausa Dan Kalimat Tak Berklausa
1. Klausa merupakan kalimat yang hanya mengandung satu predikat (S-P-O-K), bersifat manasuka (boleh ada/boleh tidak), misalnya:
a. Bapak direktur besok pagi akan ke Jakarta. (S-K-P)
b. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila. (S-P-O)
2. Kalimat tak berklausa merupakan kalimat yang tidak memiliki predikat, misalnya:
a. Astaga!
b. Mas Anang Wijayanto
B. Jabatan Kalimat
1. Subyek (pokok Kalimat); merupakan bagian yang berfungsi sebagai pokok persoalan, Subyek biasa diduduki oleh kata benda atau kara ganti. Ciri-ciri subyek, antara lain:
a. Biasanya diikuti kata itu, contoh:
• Belajar itu penting bagi para pelajar
• Biasanya diikuti kata ganti empunya
b. d. Bagian yang didahului kata yang, contoh:
• Yang itu pacatnya.
• Yang mengrim surat itu Ana.
c. Berupa jenis kata benda atau kata ganti, contoh:
• Bukumu akan aku pinjam.
• Kepala Sekolah Kita sangat baik.
• Wali kelas kita memang bikjaksana
• Kebaikan harus kita jaga.
d. Biasanya diikuti pun, contoh:
• Itu pun aku mau
• Mereka pun berangkat.
2. Predikat, merupakan bagian kat kerja, dikelompokkan menjadi:
a. Predikat verbal, terdiri dari:
• Berjenis kata kerja, contoh:
Bambang minum.(kata kerjanya tidak memelukan afiks)
Reni menyanyi lagu “kakatua”. (semitransitif / dapat ditambah maupun tanpa obyek)
• Menunjukan suatu perbuatan, contoh:
Sekolah itu memberikan nilai lebih pada siswa kelas XII SMU yang akan menempuh Ujian Nasional.
b. Predikat nominal, terdiri dari:
• Bagian yang menyatakan suatu keadaan, contoh:
Hasil kita belum sempurna.
• Dapat merupakan aspek penanya, contoh:
Siapa yang akan ikut bimbingan?
• Bagian yang didahuli kata kerja bantu (adalah, menjadi, dsb), contoh:
Mbak Iik menjadi tentor bimbingan itu.
• bagian yang diikuti lah, contoh:
Itulah yang aku sesali.
3. Obyek, merupakan bagian yang di kenai predikat / kata kerja, meliputi:
• Berupa kata benda atau kata ganti, contoh:
Inug berhasil memacari cewek cakep.
• Dapat digeser menjadi subyek dalamat aktif-pasif, contoh:
Aktif, contoh: Rudy memacari Linda
Pasif, contoh: Lida dipacari Rudy
4. Ketrangan; merupakan bagian yang berfungsi menerangkan / mejelaskan kalimat, dikelompokkan menjadi:
a. Keterangan tempat, contoh:
• Dewi siswa di Ganesha Study Club.
b. Ketrangan sebab, contoh:
• Ia gagal masuk sekolah favorit, karena malas belajar.
c. Keterangan syarat, didahului kata jika, jikalau, dsb, contoh:
• Dia akan lulus, jika rajin belajar
d. Keterangan keadaan, didahului kata dengan atau diiluti keadaan, contoh:
• Dwika menerima beasiswa dengan gembira
e. Keterangan alat, didahului kata dengan serta diikuti kata benda, contoh:
• Bintang melukis dengan cat minyak.
f. Keterangan waktu, contoh:
• Ayu menerima lamaran hari ini
g. Keterangan tujuant, contoh:
• Saya harus rajin belajar, agar lulus ujian Naional.
C. Bentuk Kalimat
Bentuk-bentuk kalimat dapat dibedakan menjadi:
1. Kalimat Aktif. Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan. Biasanya memiliki predikatnya berupa kata kerja berawalan me atau ber. Contoh :
Nina menulis surat untuk nenek.
Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
a. Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
b. Awalan me- diganti dengan di-.
c. Tambahkan kata oleh di belakang predikat. Contoh :
• Bapak memancing ikan. (aktif)
• Ikan dipancing oleh bapak.(pasif)
d. Jika subjek kalimat aktif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan. Contoh :
• Aku harus memngerjakan PR. (aktif)
• PR harus kukerjakan. (pasif)
2. Kalimat Pasif. Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan. Biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di-. Contoh :
Surat untuk nenek ditulis oleh Nina.
3. Kalimat Langsung. Kalimat langsung merupakan kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang lain. Bagian kutipan dalam kalimat langsung dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah. Biasanya ditandai dengan tanda petik ( “....” ). Contoh:
Ibu berkata, “Anis, jangan bermain-main saja, kamu harus belajar !”
4. Kalimat Tidak Langsung. Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan orang lain. Bagian kutipan pada kalimat langsung berubah menjadi kalimat berita. Contoh :
Ibu berkata bahwa aku harus rajin belajar.
5. Kalimat Berita. Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Umumnya mendorong orang untuk memberikan tanggapan. Macam-macam kalimat berita:
a. Kalimat berita kepastian. Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
b. Kalimat berita pengingkaran. Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
c. Kalimat berita kesangsian. Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
d. Kalmat berita bentuk lainnya. Contoh : Kami tidak tahu mengapa dia datang terlambat.
6. Kalimat Perintah. Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi. Biasanya diakhiri dengan tanda seru (!). Macam-macam kalimat perintah :
a. Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.
Contoh : Gantilah bajumu !
b. Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
Contoh ; Jangan membuang sampah sembarangan !
c. Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah !
7. Kalimat Tanya. Kalimat tanya adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang sehingga diperoleh jawaban tentang suatu masalah. Kalimat tanya mengandung beberapa ciri yang dapat dibedakan dengan kalimat lain, yaitu menggunakan:
a. intonasi (bila diucapkan),
b. partikel tanya kah,
c. tanda tanya (?) bila tertulis,
d. secara lisan dan tertulis dapat menggunakan kata tanya, yaitu untuk menanyakan:
- orang ”siapa” - benda ”apa”
- jumlah ”berapa” - tempat ”di mana”
- waktu ”kapan, bila, bilamana” - keadaan atau situasi ”bagaimana”
- sebab atau alasan ”mengapa, kenapa”
Contoh :
Apakah kamu sakit ?
Siapa yang membeli buku ini ?
8. Kalimat Efektif. kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain kalimat efektif memiliki syarat :
a. Secara tepat mewakili gagasan penulis atau pembicaranya.
b. Menimbulkan gambaran yang sama antara penulis dengan pembaca atau pembicara dengan pendengar.
Ciri-ciri :
a. Memiliki kesatuan gagasan atau ide pokok
b. Menggunakan kata atau frase imbuhan yang memiliki kesamaan.
c. Tidak menggunakan kata-kata yang tidak perlu.
d. Memberikan penekanan pada bagian-bagian yang penting.
9. Kalimat Tunggal. Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari inti kalimat atau satu kalimat. Inti kalimat dibentuk oleh subjek dan predikat. Jenis-jenis kalimat tunggal :
a. Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda. Contoh : Saya siswa kelas VI.
b. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja. Contoh : Adik bernyanyi.
Perluasan kalimat tunggal dilakukan dengan menambah unsur baru yang disebut keterangan. Dapat berupa keterangan tempat, keterangan cara, maupun keterangan waktu. Contoh :
Saya siswa kelas VI di SD Negeri Merdeka.
Adik bernyanyi dengan sangat merdu.
10. Kalimat Inti. Kalimat inti adalah kalimat tunggal yang hanya terdiri dari subyek-predikat (S-P), contoh: Lonceng berbunyi
11. Kalimat Luas. Kalimat luas adalah kalimat yang memiliki unsur inti diperluas tanpa membentuk pola baru. Dapat berupa kalimat tunggal yang diperluas, contoh:
a. Perluasan subyek:
Mas Toni guru fisika kakak Ryan membawa roti ulang tahun di pesta itu.
b. Perluasan predikat:
Mas Toni membawa dengan penih semangat roti ulang tahun di pesta itu.
c. Perluasan obyek:
Mas Toni membawa roti ulang tahun bulat panjang di pesta itu.
d. Perluasan keterangan:
Mas Toni membawa roti ulang tahun di pesta yang sangat meriah itu.
e. Perluasan seluruh unsur:
Mas Toni guru fisika kakak Ryan membawa dengan penih semangat roti ulang tahun bulat panjang di pesta yang sangat meriah itu.
12. Kalimat Mayor. Kalimat mayor adalah kalimat yang mempunyai pola kalimat sempurna, terdapat subyek-predikat,obyek-keterangan, misalnya:
Dwika menemukan serangga langka di hutan Sumatra.
13. Kalimat Minor. Kalimat minor adalah kalimat yang polanya tidak sempurna. Dalam kalimat ini hanya terdapat satu unur pembentuk pola kalimat. Disebut juga kalimat penggalan/elips/eliptis, misalnya:
Pergi!
Besok ?
14. Kalimat Majemuk. Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk dapat dibentuk dari paduan beberapa buah kalimat tunggal. Pembentukan kalimat majemuk ada yang memerlukan kata penghubung ada pula yang tidak. Kalimat majemuk dibedakan menjadi
a. Kalimat Majemuk Setara. Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk dimana hubungan antar unsur-unsurnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri dari :
• Kalimat majemuk penjumlahan ditandai dengan kata sambung lalu, lagi, kemudian, dan. Contoh :
Kakak membaca buku, kemudian menulis surat.
• Kalimat majemuk pemilihan ditandai dengan kata sambung atau. Contoh :
Ibu membeli ikan atau ayam.
• Kalimat majemuk pertentangan ditandai dengan kata penghubung tetapi, melainkan. Contoh :
Ayah tidak pergi ke kantor melainkan ke rumah sakit.
b. Kalimat Majemuk Rapatan. Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk setara yang bagian-bagiannya dirapatkan. Hal tersebut terjadi karena kata-kata yang dirapatkan pada bagianbagian kaliamat itu memiliki fungsi yang sama. Perapatan dilakukan dengan menghilangkan salah satu fungsi kalimat yang sama. Kalimat majemuk rapatan dapat dikelompokkan menjadi:
• Kalimat majemuk rapatan subjek Contoh :
Pak Adi guru mengaji.
Pak Adi ketua RT.
Menjadi; Pak Adi guru mengaji dan ketua RT.
• Kalimat majemuk rapatan predikat. Contoh :
Kiki pandai bermain bola.
Galih pandai bermain bola.
Menjadi; Kiki dan Galih pandai bermain bola.
• Kalimat majemuk rapatan keterangan. Contoh :
Sore hari kakak menyiram bunga.
Sore hari adik menyapu halaman.
Menjadi; Sore hari kakak menyiram bunga dan adik menyapu halaman.
c. Kalimat Majemuk Bertingkat. Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang hubungan antar unsur-unsurnya tidak sederajat. Salah satu unsurnya sebagai induk kalimat, sedangkan unsur lainnya sebagai anak kalimat. Jenis-jenis kalimat mejemuk bertingkat :
• Kalimat majemuk hubungan pengandaian, ditandai dengan kata penghubung jika, seandainya, andaikan.
Contoh : Jika tidak hujan, saya akan datang ke rumahmu.
• Kalimat majemuk hubungan perbandingan, ditandai dengan kata sambung ibarat, seperti, bagaikan, daripada, laksana.
Contoh : Doni lebih senang bermain sepakbola daripada bermain basket.
• Kalimat majemuk hubungan penyebabab, ditandai dengan kata sambung sebab, karena, oleh karena.
Contoh : Amir tidak masuk sekolah karena sakit.
• Kalimat majemuk hubungan akibat, ditandai dengan kata sambung sehingga, sampai-sampai, maka.
Contoh : Ia bekerja terlalu keras sehingga jatuh sakit.
• Kalimat majemuk hubungan cara, ditandai dengan kata sambung dengan.
Contoh : Sari dapat mempertahankan prestasinya dengan cara berlatih dengan giat.
• Kalimat majemuk hubungan penjelasan, ditandai dengan kata sambung bahwa, yaitu.
Contoh : Pak Madi telah menggemburkan tanah, yaitu dengan mencangkul tanah itu sampai kedalaman 10 centimeter.
• Kalimat majemuk hubungan waktu, ditandai dengan kata sambung ketika, sewaktu, semasa.
Contoh : Ibu selesai memasak ketika saya pulang sekolah.
d. Kalimat Majemuk Campuran. Kalimat majemuk campuran merupakan gabungan dari kelimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk campuran dibentuk sekurang-kurangnya oleh tiga kalimat tunggal. Contoh :
Adik selesai mengerjakan PR ketika ayah datang dari kantor dan ibu selesai memasak.
D. Transfomasi Kalimat
Transformasi kalimat merupakan proses mengubah seuatu bentuk kalimat menjadi bentuk kalimat lain, dengan cara:
1. Mengubah urutan subyek-predikatnya
2. Mengubah intonasinya
3. Memperluas ataupun menggabungkan kalimat
Bentuk kalimat transfomasi, antara lain:
1. Tranformasi interogatif / tanya, merupakan transformasi yang menghasilkan kalimat tanya, terdiri dari kalimat tanya berkata tanya, misalnya:
• Bagaimana hasil ujianmu?
• Kapan kamu berangkat ke Jakarta?
2. Tranformasi negatif, merupakan transformasi yang menghasilkan kalimat negatif, misalnya:
• Dia bukan pacarku.
• Beliau tidak berkenan memberi sambutan.
• Pak Bambang tidak datang.
• Cara penyelesaiannya tidak seperti itu.
3. Tranformasi pasif, merupakan transformasi yang menghasilkan kalimat pasif, misalnya
• Risma dicubiti Trinyani.
• Masalah banjir itu harus segera diatasi.
• Ita dioperasi dr. Adi.
4. Tranformasi inverse / balik, merupakan transformasi yang menghasilkan kalimat balik, berpola P-S, misalnya:
• Sudah pergi mereka. * Tidak keberatan kami mengantarnya.
• Tidak tahu-menahu kami akan hal itu.
5. Tranformasi imperatif, merupakan transformasi yang menghasilkan kalimat perintah, misalnya
• Duduklah dengan tenang! * Kerjakan soal-soal berikut ini dengan tulisan yang baik!
• Jangan pergi dulu!
6. Tranformasi perluasan, merupakan transformasi yang menghasilkan kalimat luas. (baca kaliamat luas)
7. Tranformasi gabungan, merupakan transformasi yang menghasilkan kalimat majemuk / gabung, misalnya
• Ibu pergi ke Jakarta dan Bapak ke Bandung
Merupakan gabungan dari kalimat:
• Ibu pergi ke Jakarta
• Bapak pergi ke Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar