Implikasi dasar sosio-kultural terhadap kurikulum pendidikan
Pengertian Dasar Sosio-kultural
Dasar sosiologis sistem pendidikan nasional berkaitan erat dengan masyarakat dan perubahan sosial. Sedangkan dasar kultural sistem pendidikan nasional berkaitan erat dengan kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat umum.
a. Pendidikan dan masyarakat
Dilihat dari sudut masyarakat secara keseluruhan, fungsi pendidikan adalah untuk memelihara kebudayaan. Kebudayaan berhubungan dengan nilai-nilai, kepercayaan, norma-norma yang turun temurun dari generasi ke generasi yang selalu mengalami perubahan.
1) Keluarga dan sekolah
Keluarga merupakan salah satu pelaksana sosialisasi nilai-nilai dan norma-norma dimasyarakat. Faktor terpenting antara keluarga dan sekolah adalah keluarga mempunyai tanggung jawab utama dalam proses sosialisasi meskipun sekolah dalam sosialisasi mempunyai tanggunga jawab untuk menyampaikan informasi, keterampialn, dan nilai-nilai serta norma-norma untuk membekali anak agar dapat berpartisipasi lebih efektif.
2) Pemerintah dan sekolah
Tugas pemerintah adalah mengupayakan agar sekolah dapat menjadi “masyarakat baru” yang dapat bertanggung jawab dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat sesuai dengan garis kebijaksanaan pemerintah. Sekolah menerjemahkan program-program pemerintah menjadi kegiatan yang realistis dilakukan oleh sekolah.
3) Ekonomi dan sekoalh
Pertumbuhan ekonomi dan sekolah tergantung pada ketersediaan tenaga ahli terdidik dan terlatih yang dihasilkan oleh sekolah. Sebaliknya keberadaan dan perkembangan lembaga sekolah tergantung pada dana yang disediakan masyarakat. Maka keberadaan dan kualitas sekolah menjadi baik, jika didukung pendanaan yang cukup. Maka sekolah dapat menghasilkan tenaga andal yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang optimal.
4) Agama dan sekolah
Budaya masyarakat banyak yang dipengaruhi nilai dan norma agama yang dianut masyarakat. Sekolah merupakan salah satu lembaga sosialisasi masyarakat yang bertujuan membekali peserta didik dapat hidup di masyarakat, maka pendidikan agama menjadi mata pelajaran disekolah.
5) Masyarakat dan sekolah
Sistem persekolahan harus memerhatikan aspirasi masyarakat, sebaliknya masyarakat harus terlibat langsung dalam memelihara keberadaan dan kelangsungan hidup sekolah.
b. Pendidikan dan perubahan sosial
1) Perubahan teknologi
Perubahan teknologi dapat menciptakan suatu tuntutan bagi individu untuk memiliki keterampilan baru. Perubahan teknologi menuntut sekolah agar dapat mempersiapkan lulusannya untuk dapat menyesuakan dengan perkembangan yang terjadi. Pengaruh teknologi terhadap sekolah terletak pada penggunaan media pembelajaran, komunikasi, transformasi, dan revolusi bioteknologi.
2) Perubahan Demografi
Pengaruhnya berupa pengembangan kebijaksanaan pendidikan, pembatasan secara ketat penerimaan siswa baru, ketidakseimbangan antara pertambahan penduduk dengan fasilitas pendidikan
3) Urbanisasi
Sekolah berperan penting membantu mekanisme kontrol sosial dimasyarakat, dan juga menentukan pengalaman pendidikan khususnya memepersiapkan peserta didik secara tepat untuk hidup di perkotaan.
Landasan kultural sistem pendidikan nasional dapat diwujudkan dalam apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dikehendaki manusia. Pendidikan merupakan proses budaya, yakni generasi manusia berturut-turut mengambil peranan dimasa kini serta mampu menciptakan peradaban dimasa depan. Maka dapat dipahami bahwa pendidikan sebagai aset untuk pemeliharaan masa lampau, penguatan individu, dan masyarakat sekarang sebagai penyiapan manusia berperan dimasa depan.
Analisis antropologi budaya dapet membantu mengatasi problema-problema pendidikan yang dimunculkan oleh kelompok-kelompok minoritas dan budaya yang lain. Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk budaya dapat menyesuaikan diri dengan kebudayaan setempat. Salah satu cara untuk memelihara kebudayaan adalah dengan melalui pengajaran. Dengan kata lain, pendidikan dapat berfungsi sebagai penyampai, pelestari, dan sekaligus pengembangan kebudayaan.
a. Kebudayaan dan sekolah
Tradisi kebudayaan menghambat perkembangan dalam berkompetensi dengan kelompok lain. Otto Klinerberg (1954) dengan penelitiannya menegaskan bahwa kegagalan kelompok minoritas pada umumnya bukan disebakan semata-mata oleh ras atau suku, namun disebabkan oleh tradisi budaya mereka.
b. Prasangka dan pertentangan di berbagai kelompok
Pertentangan yang disebabkan oleh adanya berbagai kelompok budaya dan ras dapat berupa prasangka negatif di antara sesama kelompok dan hal ini berpengaruh terhadap pendidikan.
c. Stereotipe
Keefektifan dalam pengajaran timbul dan siswa akan lebih terbimbing, serta kesegaran dan rasa takut berkurang jika guru menunjukkan stereotipe yang menyenangkan.
d. Faktor budaya dalam proses pengajaran (culture factors in teaching).
Mengajar merupakan upaya mengkomunikasikan secara jelas tentang nilai-nilai pengajaran. Dalam hal ini banyak hal yang mempengaruhi, seperti: nilai-nilai budaya orang tua, penggunaan bahasa, keadaan sosial yang dibawa anak dari lingkungan (tradisi) dan pengaruh kelompok dominan. Keadaan ini mensyaratkan pemahaman dan penyesuaian guru agar peran serta orang tua dalam kegiatan sekolah dapat tercipta.
e. Pelatihan budaya untuk pendidikan
Perlu dikembangkan kondisi sekolah yang didalamnya terdapat pertentangan antara kelompok mayoritas dan minoritas yang sering menghadapi konflik budaya antara guru, siswa dan orang tua. Kenyataan ini menuntut adanya kepelatihan budaya bagi pendidik agar ia mampu menghubungkan nilai-nilai budaya dengan pengajaran dan proses pengajaran.
f. Masalah kewibawaan merupakan ubahan (variabel) yang tidak dapat diabaikan
Penguasaan terbadap kewibawaan guru lebih membantu siswa dalam penguasaan bahan-bahan pengajaran.
g. Sub-kebudayaan (sub-culture)
Perbedaan warna kulit dan kemiskinan menjadi penghambat dalam pelaksanaan pendidikan. Karena kelompok-kelompok tersebut saling menolak terhadap pelayanan sekolah. Hambatan ini dapat diatasi melalui pendidikan orang tua, memadukan sub-culture di sekolah, mengadakan penyesuaian tingkah laku di sekolah dan kurikulum sekolah wajib memperhatikan latar belakang budaya siswa.
h. Dinamika kelompok sosialisasi
Sekolah mampu menghilangkan adanya kelompok-kelompok minoritas dan membawanya ke arah perubahan melalui proses sosialisasi.
Implikasi dasar sosio-kultural terhadap kurikulum pendidikan
1. Kurikulum harus disusun berdasarkan kondisi sosial kulturil dari masyarakat. Kurikulum disusun bukan saja harus berdasarkan pada nila-nilai , adat istiadat, cita-cita dari masyarakat, akan tetapi kurikulum harus berlandaskan pada semua dimensi kebudayaan kehidupan keluarga., ekonomi, politik pendidikan dsb.
2. Memperhatikan unsur fleksibel dan bersifat dinamis sehingga kurikulum tersebut senantiasa mengandung relevansi yang tepat dengan masyarakat Konsekwensi logis adalah bahwa kurikulum pada waktunya perlu diadakan perubahan dan revisi sesuai dengan perkembangan dan perubahan. Dan revisi sesuai dengan perkembangan dan perubahan social kulturil yang ada pada masa itu
3. Program kurikulum harus disusun dan mengandung materi sosial budaya dalam masyarakat. bukan saja dengan maksud untuk membudayakan anak didik akan tetapi sejalan dengan usaha mengawetkan kebudayaan itu sendiri. Kemajuan dalam bidang teknologi akan memberikan bahan yang memadai dalam rangka penyampaian tehnologi baru kepada para siswa yang sekaligus mempersiapkan para siswa agar mampu hidup dalam tehnologi itu. Dengan demikian sekolah betul-betul dapat mengemban peranan dan fungsinnya sebagai lembaga modernisasi
4. Kurikulum di sekolah-sekolah harus disusun berdasarkan pada kebudayaan nasional yang berlandaskan pada falsafah Pancasila,dimana perkembangaan kebudayaan daerah telah tercakup didalamnya. Integritas kebudayaan nasional akan tercermin dalam isi dan organisasi kurikulum, karena system pendidikan kita bermaksud membudayakan anak didik ita berdasarkn kebudayaan masyarakat dan bangsa kita sendiri. Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan, atau dikembangkan melalui pendidikan.











Tidak ada komentar:
Posting Komentar