Aliran-Aliran Pendidikan
Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam membangun karakter manusia. Ada beberapa teori pendidikan yang muncul, mulai dari teori empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi. Masing-masing teori menyampaikan kelebihan dan kekurangan pendidikan serta bagaimana peran pendidikan dalam kehidupan masyarakat.
1. Empirisme
Berdasarkan atas konsepsi yang menyatakan bahwa perkembangan individu bergantung pada pengalaman-pengalaman yang di peroleh individu tersebut selama hidupnya. Pertama kali dikemukakan John Locke yang berpendapat bahwa satu-satunya cara manusia memperoleh pengetahuan adalah melalui pengalaman atau penginderaan. Pandangannya terinspirasi oleh pemikiran Aristoteles, bahwa manusia identik dengan papan tulis kosong. Manusia tidak mampu merumuskan ide-ide yang melekat pada dirinya (Sudarwan Danim, 2010:51).
Aliran empirisme bertentangan dengan Lockean Tradition yang mementingkan stimulus eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan (Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo, 2008: 194).
Anak-anak yang lahir dianggap tidak mempunyai bakat dan pembawaan apapun, bagaikan kertas putih yang polos (M. Sukardjo & Ukim Komarudin, 2012: 20). “Some thoughts concerning education”, bahwa manusia lahir dengan jiwa yang masih kosong, dan jiwa ini terisi oleh ide-ide atau pengertian-pengertian karena pengaruh dari luar melalui proses psichologis sensation dan reflection. Sensation ialah pengalaman yang ditangkap oleh indera manusia, sedangkan reflection merupakan pengolahan hasil kesan indera, di dalam jiwa manusia (Suwarno, 1985: 27).
Pada perkembangannya, anak tersebut sangat tergantung kepada asuhan dan pendidikan dari orang tua atau orang dewasa disekellilingnya. Menurut hukum empirisme, pengetahuan dan keterampilan manusia dibentuk oleh pengalaman inderawi dan perlakuan yang diterima oleh anak. Ketika anak agak lemah dalam belajar, dapat diberikan pembelajaran tambahan atau remedial, sehingga akhirnya bisa mumpuni seperti yang dikehendaki (Sudarwan Danim, 2010: 51).
Aliran ini optimis terhadap pendidikan, hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan, sementara kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan keberhasilan seseorang. Bahwa manusia sebagai makhluk pasif, yang mudah dibentuk atau direkayasa, sehingga lingkungan pendidikan dapat menentukan segalanya (M. Sukardjo & Ukim Komarudin, 2012: 21).
2. Nativisme
Nativisme menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak.
Nativisme berpendapat bahwa perkembangan anak ditentukan faktor keturunan, yaitu faktor yang telah dibawa anak sejak lahir. Menekankan pada kemampuan diri anak, sebaliknya faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan ditentukan oleh pembawaan yang diperoleh sejak kelahirannya. Menurut paham ini, Schopenhauer berpandangan bahwa anak-anak yang lahir ke dunia, telah memiliki pembawaan atau bakatnya yang akan berkembang menurut arahnya masing-masing. Pembawaan tersebut ada yang baik dan sebaliknya. Dengan demikian, perkembangan anak tergantung dari pembawaan sejak lahir. (M. Sukardjo & Ukim Komarudin, 2012: 23-24). Pendidikan tidak dapat mempengaruhi perkembangan anak didik, karena perkembangan manusia ditentukan oleh nativusnya atau pembawaannya (Suwarno, 1985:25).
3. Naturalisme
Hampir sama dengan aliran Nativisme. Jean Jacques Rousseau berpandangan bahwa semua anak yang lahir mempunyai pembawaan yang baik dan tidak ada seorangpun anak yang lahir dengan pembawaan buruk. Lingkungan yang merubah sifat baik yang dibawa sejak lahir menjadi buruk dan rusak.
Rousseau juga berpendapat segala sesuatu adalah baik ketika ia baru keluar dari alam, dan segala sesuatu menjadi jelek atau rusak, manakala ia sudah berada di tangan manusia. Kekuatan alam yang akan mengajarkan kebaikan-kebaikan yang terlahir secara alamiah. Dengan demikian, anak-anak akan memperoleh pendidikan dan pembelajaran secara alamiah. Dengan menyerahkan pendidikan anak ke alam, pembawaan anak yang baik tidak berubah menadi rusak akibat intervensi guru dalam proses pendidikan. (Sudarwan Danim, 2010: 50).
Rousseau berpandangan ekstrim, bahwa kebaikan akan terus diserap setiap anak yang terlahir, secara spontan dan bebas dari rekayasa orang dewasa, sehingga pendidikan atau sekolah tidak perlu diadakan. Ia juga mengusulkan, perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaannya, kemampuan dan kecenderungan. Pendidikan harus dijauhkan dari anak karena dapat menjauhkan anak dari segala hal yang bersifat hal-hal yang dibuat-buat.
4. Aliran Konvergensi
Aliran ini merupakan perpaduan antara teori nativisme dan empirisme. Konvergensi diartikan sebagai titik pertemuan, perkembangan manusia hasil perpaduan kerja sama konvergensi antara faktor bakat dan faktor alam sekitarnya. William Stern berpandangan bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, faktor pembawaan maupun faktor lingkungan mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.
William menjelaskan pemahamannya tentang pentingnya pembawaan dan lingkungan, sebagai perumpamaan dua garis yang menuju ke satu titik pertemuan. Teori nativisme dan empirisme mempunyai kekuatan sendiri-sendiri dan kedua teori tersebut mempunyai kebenaran untuk menjelaskan gejala-gejala perkembangan manusia. Kedua teori dipadukan, yang sebelumnya kedua teori tampak bertentangan. Hal inilah yang menjadikan teorinya disebut Konvergensi (memusat ke titik pertemuan).
Hasil pendidikan dan pembelajaran, tergantung dari interaksi antara pembawaan dan lingkungan. Aliran konvergensi ini diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh-kembang manusia.











Tidak ada komentar:
Posting Komentar